Kamis, 30 Juli 2009

+++ FAITH...... (that's all we need)

.... Cuplikan kalimat dalam film transformer : ketika mereka tau hanya Optimus yang bisa mengalahkan para penyerang dari bangsa Alien. Seorang pejuang setengah berdiri dengan goyah. Di tangannya ada serbuk-serbuk metal, yang dia yakin bisa membangunkan kembali sang Optimus. Waktu sudah semakin sempit. Kelangsungan hidup bumi harus dipertahankan, dan semuanya tergantung keputusan ini : menaburkan serbuk metal ini persis ke dada Optimus. Apakah dia akan benar-benar bangun ? Pejuang mati-matian meyakinkan diri, membangun Faith dalam hati : ini pasti berhasil ! Dia memutuskan untuk melakukan tindakan paling berani di dunia : menembus hadangan ribuan Alien demi berusaha berada dekat dengan Optimus. Atas nama persahabatan, para pejuang lain yang terkaget-kaget, berusaha melarang upaya 'bunuh diri' ini.......................
Pejuang ngotot : 'it's gonna work'.... 'how can you so sure ?'.... 'because I believe it'. Seperti kita tau, memang betul serbuk yang menurut kita hanyalah ampas, bisa membangunkan kembali Optimus. Bumi pun selamat dari kehancuran.
+++
Ini sisa cerita pas liburan panjang kemaren. Kami nonton transformer rame-rame. Wathcing movies jadi bagian dari rentetan jadwal besar liburan panjang anak-anak. Jauh sebelum hari libur besar itu, sudah terlanjur pulak ter omongkan ritual yang harus kami jalankan. Awalnya sudah dipastikan kami semua berangkat, bersama seorang sahabat, merasakan dinginnya udara di Perth. Atau minimal mau 'menapak tilasi' kemana saja papanya kalau harus melakukan perjalanan pekerjaan ke negeri tuan Lee atau Dr. M. Apa mau dikata, semua rencana tidak bisa dijalankan. Kedutaan tidak kasih ijin untuk ibu-ibu hamil besar melakukan perjalananan ke negara mereka. Daripada dapat komplain dari anak-anak hebat ini, semangat pun harus dilipat gandakan. Kemana mereka mau, saya ladeni. Walau badan harus letih lesu, perasaan hati anak-anak harus dijaga cerah ceria. Biar papanya tidak dapat malu : 'janji-janji aja pun papa ini'.

Faith.......+++
Gara-gara dialog di transformer tadi, aku jadi ingat lagi omongan pendeta Wolfenden (apa Pdt Wolferden ya, maaf aku lupa). Bapak pendeta meyakinkan sekali apa pentingnya kita membangun Faith. Seluruh alur cerita tadi, yang ada dalam dialog film transformer itu intinya adalah : Faith.
Seluruh petarung di ring tinju punya massa dan volume otot yang bisa dibilang seimbang. Secara fisik, kecuali tinggi badan, hampir seluruhnya berada dalam takaran yang sama. Toh kelas-kelas petarung sudah ditetapkan. Tapi, kenapa ada sebuah jaman di mana Muhammad Ali begitu perkasa dibanding petarung lain ? Tyson begitu beringas menghabisi siapapun lawannya dalam waktu singkat. Saya berani bilang, ini semua bukan karena pukulan Ali atau Tyson jauh lebih keras dibanding yang lain. Ini bukan karena tengkorak kepala atau garis tulang rahang kedua orang super ini sangat sakti. Menurut saya, kedigdayaan keduanya muncul karena dipenuhi oleh Faith yang jauh lebih besar dibanding lawan-lawannya. Lantas kenapa kok mereka bisa hancur lebur dihadapan Foreman atau Holyfied ? Saya berani lagi bilang, karena pada saat itu, Foreman dan Holy punya Faith yang jauh lebih besar dibanding Ali dan Tyson.
+++
Ada banyak kisah sukses dari orang-orang yang meninggalkan nasibnya yang selalu tergantung dari gaji bulanan, yakin akan berhasil untuk melakukan usaha tertentu. Seperti cerita tadi, atas nama persahabatan, sangat banyak rekan kantornya berusaha kasih saran bijak : 'janganlah, mending tetap saja jadi pegawai di sini. toh kita cuman datang, duduk, nikmati ac dan gajian'. Omongan seperti ini tidak bisa menggoyahkan niat hebat mereka. Mereka punya Faith : nasibnya tidak boleh tetap seperti sekarang. Dan kita bisa ternganga melihat orang-orang yang sangat nekad meninggalkan 'hidup nyaman' dengan memulai proses yang terlihat bodoh. Memulai segalanya dari dasar kembali ! Berapa tahun kemudian ? apa yang didapatnya, tidak akan mungkin diperoleh oleh temannya yang masih ngotot jadi pegawai, walaupun mereka pensiun, masuk kerja lagi, pensiun lagi, masuk kerja lagi sampai bongkok.
+++
Kalau kita beruntung ngobrol dengan orang seperti ini, bukan nilai baru yang kita dapat, tetapi kepala jadi pening seratus dua puluh empat keliling. Seluruh ungkapan, nasehat, proses yang mereka ceritakan dengan enteng, tidak mampu kita cerna. Yang nongol lagi-lagi cuman pertanyaan kita yang bodoh : kok bisa ya ?
+++
Setiap berada di areal dimana banyak rumah-rumah bagus yang sangat besar, yang kita yakin hanya mampu didirikan oleh orang berpenghasilan sangat besar, saya selalu meminta anak-anak memperhatikan itu : Tuh, itu rumah siapa ? Rumah kak Iyank, abang Kevin, atau adik Michelle ? Puji Tuhan, ambisi anak-anak ini sama persis dengan saya. Mereka akan bijak memilih : bukan pa, aku engga suka sama modelnya. Nanti rumah ku seperti yang ada di jalan anu. Masing-masing mereka sudah menentukan di level mana nanti mereka ada. Yang saya miliki sekarang apa ? belum ada ! Kecuali rencana besar di kepala yang botak. Sudah sangat rapi rencana buat masing-masing anak-anak ku ini. Mereka akan melakukan apa mulai kelas SMP, setelah lepas SMU, apakah akan berambisi untuk meraih master atau kelas apapun, segalanya tertata rapi. Apa jadinya anak-anak masa depan kita kalau hanya sekedar rencana saja kita tidak punya ? Saya juga membuka peluang bahwa segala rencana itu akan berantakan di tengah jalan. Tetapi, sampai detik ini, massa dan volume Faith saya semakin besar dan membesar. Ini yang membakar seluruh nadi untuk menambah usaha apapun. Saya tidak perduli dengan gelar pebisnis PALUGADA atau pengusaha ADUHAI yang disematkan di kepala dari orang-orang dekat. Bagaimana mungkin kita harus menyerah dengan omongan-omongan kosong seperti itu. Toh Mario Teguh sendiri bisa jauh lebih sejahtera dibanding ketika beliau memiliki kekuasaan formal di sebuah bank berukuran besar untuk skala dunia (Mario pada suatu kesempatan pernah menceritakan itu di kelas). William Gates menjadi penguasa tunggal software di seluruh penjuru bumi hanya dengan modal awal keyakinan. Kata-kata 'satu putaran' dan 'lanjutkan' itu kelihatan sederhana. Tetapi kita semua tau, terlepas dari suka atau tidak kepada persona, Susilo Bambang Yudoyono, berada pada titik dimana mereka mau berada hanya karena benar-benar punya Faith yang jelas dan besar ! Kalau sudah punya keyakinan yang kuat, langkah berikutnya tidak akan repot lagi, cukup mengikuti jalur-jalur sederhana. Tidak perlu terlalu rumit. Susun saja seperti membuat teka-teki silang. Jawabannya sudah kita siapkan dengan sederhana. Well, sekarang tinggal mulai melangkahkan kaki, tentu saja dengan menciptakan pertanyaan sederhana dan jawaban yang sudah bisa kita jawab !
..................................................................
Sudah, jangan terlalu lama, segera saja mulai ! Bayangkan saja di pikiran bersih mu, di atas langit sana, di kerajaan Surga, Tuhan sedang menunggu untuk memberikan pertolongan.

Senin, 27 Juli 2009

*** ALBUM FOTO HARI MINGGU

*** Pulang dari ngumpul-ngumpul di rumah Tuhan, tidak seperti biasa, arah mobil saya alihkan keluar dari jalur biasa. Perbedaan rute ini saya sengaja untuk bikin anak-anak gelisah. Ternyata bukan anak-anak yang protes, ternyata mamaknya yang jauh lebih keras protesnya : 'kok langsung pulang bang, suntuk kali aku, jalan-jalan dulu la'. Anak-anak langsung macam bensin disiram sama minyak jelanta : 'sok kali pun papa ini. kami tak mau langsung pulang pa'. Saya purak-purak cool : 'papa ada janji sama om Jonie, mau ngopi sebentar'. Makin lama makin parah kerusuhan dalam mobil yang kecil ini. Karena pikiran masih waras, saya tentu saja berusaha untuk segera mengakhiri rencana demo besar ini. Mobil saya arahkan lurus saja menuju jalan S. Parman, dari Kampung Madras (d/h kampung keling atau kampung Sendiri kata temen kita yang disebut seperti itu), saya banting setir mengarah ke kiri. Hanamasa yang dulu mentereng dan sekarang udah tutup karna bubar restorannya, ada di sebelah kiri. Setiba di warung Koki Sunda mobil saya belok kanan. Begitu ketemu belokan pertama, langsung belok kiri lagi. Anak-anak mulai ribut. Mamanya udah tak mau diajak ngomong. Setelah meninggalkan sebuah istana di depan RS Herna, mobil saya kebut menuju Sudirman, masuk Diponegoro, belok kiri lagi ke arah Zainul Arifin dan langsung menuju parkir di lantai Roof sun plasa. Barulah teriakan-teriakan bingar tadi meredup. Sayup sayup kedengaran suara halus : 'aku kawan sama papa ajalah. ga mau kawan sama mama'.

Sapo Restaurant.
Mobil sudah diparkirkan. Semua penghuni kendaraan ini berhambur keluar. Begitu masuk pintu samping halaman parkir lantai ini, terjadi kejadian luarbiasa : semua langsung sepakat makan siang dulu !. Biasanya ritual ini yang bikin keluarga kami rusuh : tidak sepakat menentukan jam dan tempat makan siang. Di lantai sini ada tempat makan yang lumayan sedap dipandang mata. Kita segera masuk ke Sapo. Gayanya macam Korea macam Jepang gitu. Kalau mereka pengen sekali kunjungan yang ramai, rasanya tempat ini salah setting interior. Mereka terjebak kemewahan. Tata letak ruang dan furniturenya kesannya terlalu mewah. Awak yang merasa agak seram dengan harga, sudah pasti cepat-cepat kasih kesimpulan : makanannya mahal-mahal. Saya kurang suka ke sini sebenarnya, tapi karena mama nya anak-anak ini terkesan pada kunjungan sebelumnya, kita tinggal ngekor saja di belakangnya. kak Iyank pesan Nasi ayam Hainan. Yang hadir cuman nasi hainan, ayamnya ga ada hainan hainannya. Sempat lagi termimpi-mimpi makan ayam itu, bisa ngamuk kita disini. Mending mereka tulis disitu 'nasi lemak', atau 'nasi kentang'. Jangan nasi hainan. Tak tahan liat wajah anak sulung ku ini kecewa 'pak, kok ga ada ayamnya ?' saya jawab saja 'meneketehe, papa kerja di Telkom, bukan di Sapo'. Lince pesan Ifu mie siram. Michelle ikut-ikutan pesan mie 'iya, aku mie juga'. Kevin Axel, seperti biasa, cuman angkat bahunya yang kurus, tanda bilang 'what ever'. Kalau sudah urusan makan, anak laki-laki ini tidak pernah mau kasih pendapat. Palak kali kita. Pengen rasanya mengirimkan tinju bertubi-tubi ke wajah nya yang imut-imut itu. Pesanan saya sendiri : ayam goreng kering, sama Sapo Soup apa itu namanya rumit. Pas keluar, ayam goreng keringnya nongol macam ayam setengah bakar. Soupnya nongol mirip-mirip macam capcay, tapi rasanya sama sekali engga gurih. Karena menunya rada mahal menurut kami, doa saya pun macam gini : 'terimakasih Tuhan karena kami bisa makan di tempat semahal seperti ini'. Meja sebelah itu mungkin jelas-jelas mendengar doa kami. Biarlah, orang memang kami bersyukur bisa makan di tempat mahal macam gitu.


Kamis, 09 Juli 2009

*** HARGA KEMENANGAN !!

... walaupun tak suka sama band ungu, ujung jari kelingking awak terpaksa diwarnain ungu. girang kali rasanya ikutan election. macam nonton pertandingan sepak bola. ternyata 'pertandingan' tanggal 8 juli 09 kemaren, seumpama Manchester United lawan klub profesional yang sama sekali tidak diisi pemain profesional. Jadi, satu klub menang dengan telak. Jangankan event penalti, perpanjangan waktu saja pun tak ada. Kelihatannya kemenangan nanti bakal straight set.

Luarbiasa pemilu sekali ini, selesai dengan lancar, ga ada cekcok. Mudah-mudahan sampai nanti berakhir masa jabatan presiden 'baru' ini, tetap ga ada cekcok. Udah cape kali kepala asik menikmati cekcok terus. Walaupun tak suka kali sama politik-politikan, seru juga nyoba ikutan ngasih sedikit perhatian sama seluruh prosesnya.

Menurut saya, ketiga kontestan adalah para jago dunia politik. Teknik, taktik, dan strategi apapun sudah pasti ada dalam catatan buku saku. Jangankan cuman sekedar menangkis serangan, merencanakan serangan orang lain juga mereka mampu. Macam baca pikiran begitulah. Kalau diperhatikan, semua urutan skenario sudah mereka rancang dengan bagus. Macam marketing, cara mereka memilih time to entry nya pas. Setelah itu, gaya menjaga awareness juga pas. Sampai waktu melakukan 'the last punch' pada d-day nya pun terasa sekali Sangat berpengalaman. Semuanya diskenario dengan hebat. Anyway, tak ada gading yang tak retak. Skenario mereka yang manis dalam bentuk baliho, iklan dan jingle apapun, justru 'dipatahkan' dengan jelek oleh para 'komentator team sukses'. Agak lucu memang, team kandidat tertentu bisa-bisanya terpancing mengikuti gaya permainan lawan. Padahal, dari awal team ini sudah ada di jalur mereka : santun, sopan, dan tenang. Eee pas giliran nongol di televisi, yang justru mendekati masa tenang, kegarangan mereka melebihi team lain. Anyway, pemenang akan segera diumumkan. Kalaulah mereka baca tulisan ini, maunya mereka memperhatikan catatan kecil:

2009 start membangun image Partai yang melegenda.
Banyak catatan bagus yang diperlihatkan tiga kandidat dalam persiapan awal. Rata-rata dari mereka melakukan budaya standar Indonesia : sungkan. Bayangin saja, dengan kekayaan yang tidak bisa dibilang terlalu kecil dibandingkan pasangan, yang lebih kaya justru merasa sungkan untuk berhadap-hadapan langsung dengan para incumbent. Akhirnya bersedialah mereka menjadi kandidat penyandang gelar wakil. Ini awal bagus. Tetapi, mereka harus sadar bahwa dengan menyatakan ‘ya, saya bersedia’ pada saat lamaran kandidat, ada konsekuensi yang mereka pegang untuk menjadikan mereka sebagai ‘lelaki’ jantan. Lelaki jantan kan harus konsisten. Dengan begitu, mereka harus konsisten bahwa Partai yang ada di belakangnya juga harus terus kompak dengan partai yang didukung. Untuk kandidat yang menyandang sebutan bukan wakil, ini saat bagus untuk kembali merintis pembangunan kembali image politik partai. Cara mereka melakukan kampanye pada saat kemaren sungguh di luar dugaan. Ada beberapa yang melakukan cara tradisional; kampanye secara outdoor. Tetapi ada yang betul-betul berbeda dengan melakukannya di dalam ruang gedung. Harusnya, cara elegan ini segera dijadikan gaya permanen untuk melakukan awal baik pembentukan image partai untuk masa depan partai ini menjadi sebuah legenda hidup. Artinya jangan pulak target besar mereka hanya 2009.

Konsisten ada di belakang
Masing-masing kandidat didukung penuh oleh partai-partai. Partai-partai sendiri, punya pertimbangan dan alasan untuk memilih barisan yang mereka sukai. Sebaiknya, minimal sampai masa kepresidenan ini berakhir, partai-partai ini tetap ada dalam barisan yang sama. Jangan pulak, karena kecewa ditengah jalan, mereka langsung balik muka menjadi lawan. Kalau cuman sekedar lawan pasif engga masalah. Yang dikuatirkan, mereka kerjanya asik merecoki saja. Apa saja dilakukan pemerintah yang justru mereka dukung, direcoki. Kerjanya dari bangun, tidur lagi, bangun lagi, lagi-lagi tidur, cuman memikirkan cara apa yang paling gaul untuk merecoki. Jangan-jangan nanti di lengan kiri mereka yang kurus dibikin tato macam gini : ’Recok, I love you’. Kalau ini sampai terjadi, taruhan kita, semua konstituen mereka berubaha nama menjadi : Bingung ! kepala mereka dipenuhi pertanyaan macam gini : ’apanya orang ini, kemaren awak disuruhnya memilih yang tersebut. Kok sekarang jadi macam musuhan ?’. Mereka tau tidak dampaknya ? nanti, pada giliran kampanye di tahun berikut, nama si tukang recok itu tidak akan dipilih lagi. Artinya, tindakan politik apapun yang akan mereka ambil, pasti akan menentukan masa depan partai mereka sendiri. Percayalah. Sudahlah... mending percaya.

Partai Agama di belakang, menjadi terbelakang ?
Memang macam permainan kata-kata saja, bahwa sadar atau tidak sadar, banyak sekali pernyataan politik bahwa Partai berasaskan agama ’berada di belakang’ kandidat tertentu. Yang jadi pertanyaan, nanti pada masa pemerintahan presiden yang berasal dari partai bukan mereka, yang tadinya mereka dukung, apakah akan tetap menaruh agama di belakang gaya pemerintahan; atau ditaruh di depan untuk dijadikan mercusuar penunjuk tempat yang benar ? Maksudnya, bagaimana nanti presiden memperlakukan agama-agama yang sudah tentu diwakilkan oleh partai yang berani membawa lambang agama ? Jangan la pulak terjadi lagi ada agama yang didahulukan dari agama lain. Padahal yang memilih mereka berasal dari segala agama. Masak iya, tega-teganya menyangkal semua dukungan suara dan doa dari semua agama ? Kalau bisa, sebaiknya pemerintah besok melihat bahwa sebagian besar dari suaranya juga berasal dari pemilih yang agamanya tidak sama dengan yang mereka anut. Jadi sekarang waktunya untuk memberikan perhatian untuk semua agama. Atau ambil saja sikap, negara tidak berurusan sama sekali dengan agama ! Oya, ada satu catatan penting. Yang justru sangat penting. Dengan tidak adanya satu partai pun yang berbasis agama yang menjadi dominan, dan justru ikut berada dibarisan belakang para kandidat (baca;partai), bukan berarti bahwa agama menjadi terbelakang. Ini sebagai gambaran, bahwa memang sebaiknya agama mengurangi kegiatan-kegiatan politiknya. Lebih baik partai berbasis agama ini melebur menjadi lembaga yang fokus pada pembangunan keimanan masing-masing umatnya. Politik itu kan hitam putih. Sementara kita tau, agama tidak boleh hitam putih.

Waktu membayar Hutang
Siapapun tidak bisa menyangkal bahwa pada waktu persiapan-persiapan dilakukan, sudah pastilah banyak janji yang disetujui. Pakek jabatan tangan segala waktu seremonialnya. Kalau di Medan mereka bilang gini : ’Janji kau ya.. betul kau ini, janji kan ? dijawab : ’iyaa.. iya.. janji aku’.... Janji-janji tadi, sekarang ini berubah statusnya menjadi hutang. Hanya mereka yang tau siapa saja yang meminta janji, apa bentuk janji, dan bagaimana isi perjanjian. Bisa saja janji-janji yang dibuat secara rahasia, yang tidak didengar oleh orang lain yang juga janjinya dipegang, ternyata akan membuat sengsara kelompok tertentu. Mungkin, pada waktu itu, sang kandidat tidak berpikirpanjang dan langsung bilang ’oke, saya janji’. Caranya sih sederhana, cuman manggut-manggut, bilang okah okeh, jabatan tangan, selesai. Padahal dampaknya akan terjadi bertahun-tahun lamanya. Ada bagian yang tiba-tiba merasakan keberuntungan yang luar biasa. Dilain pihak ada bagian lain yang tadinya berdoa sungguh untuk kemenangan calonnya, merasakan neraka bertahun-tahun akibat kengerian-kengerian yang mereka rasakan dari kebijakan sang Idola. Waktu nanti mereka berkuasa, tentu saja seluruh hutang akan ditagih. Mana yang lebih dulu dibayar ? Janji hati waktu berdoa minta petunjuk Tuhan secara pribadi, atau janji pada mulut-mulut orang yang mungkin saja berisi rencana jahat ? Hanya mereka dan hati mereka yang bersih, yang.

Menjadi Presiden Legenda
Abraham Lincoln, Roosevelt, Reagan, Clinton, sekarang menjadi legenda-legenda di negara yang justru menjadi ’kiblat’ dunia dalam ukuran modern, beradab, makmur, dan moderat : Amerika Serikat. Sama saja seperti pemilihan di sini. Di sana, saya yakin persiapannya dilakukan secara hitam dan putih. Dari niat suci dan niat buruk. Dari rencana menolong dan rencana menghancurkan. Tetapi, waktu juga yang membuktikan bahwa dedikasi, kesungguhan, dan kebaikan hati, menjadikan mereka menjadi presiden yang Legendaris di negaranya. Jujur saja, kita baru punya satu presiden yang dianggap legendaris dan diterima oleh sebagian besar warga bangsa ini. Presiden yang tahun 2009 ini dilantik nanti, punya peluang sama untuk menjadikan dirinya tidak sekedar ’Presiden Indonesia yang ke....’. Tetapi betul-betul Presiden yang nama, ucapan, dan gayanya banyak ditulis dalam buku-buku, artikel-artikel yang akan dijadikan sebagai contoh berbuat baik diseluruh dunia ! Tentunya bukan materi lagi yang mereka cari. Saya sungguh percaya atas semua omongan yang mereka hamburkan dimanapun, yang sempat saya dengar. Saya sungguh percaya bahwa semuanya diucapkan dari kejujuran hati dan iman. Tapi, pertanyaannya apakah mereka percaya dengan semua yang mereka ucapkan ? Tanya beliau lah jangan tanya saya. Emangnya saya ikutan jadi kandidat kemaren ???

Rabu, 01 Juli 2009

+++ THE CHRISTINE HAKIM...............

... dulu sekali ada guyonan : kenapa pesawat susah mendarat di Padang ? banyak yang menjawab masalah teknis; karna dekat gunung kali ya.. salah... karna landasan di pertemuan antara laut dan gunung ?... salah... karna tekanan udara yang tidak stabil antara panasnya pantai dan dinginnya pegunungan yang menembok-i kota ?... salah juga... jawabannya ternyata : karena di kota Padang banyak gedung yang runcing-runcing !! kota ini mungkin menjadi kota yang satu-satunya mewajibkan bangunan apapun dari perusahaan mana pun untuk mendesain gedung mereka dengan 'bagonjong'. Rumah Gadang dengan ujung sangat lancip di ujung-ujung atap, persis seperti tanduk kerbau. ya jelaslah, namanya juga tanah minangkabau. Masak dibikin bentuk tanduk rusa ? selain menyalahi penamaan minangkabau sendiri, pemaksaan tanduk rusak bikin para arsitek dan tukang insinyur bakal bunuh diri. anda sajalah, kebayang engga cemana caranya bikin bangunan dengan atap yang ujungnya lancip lancip : tapi lancipnya bercabang-cabang macam tanduk rusa. iya kalau tanduk rusanya masih utuh. keliatan gagah. la ini, kan ada saja rusa yang lasaknya minta ampun sehingga bikin tanduknya rusak sebagian.

...'aaahhhh.. sampai juga ke kota kenangan manis ini. tempat dimana 5 tahun dari usia dihabiskan ; Padang kota tercinta. bandaranya lumayan modern. jauh berbeda dari bandara yang dulu ada di Tabing. Bandara yang susah kita bedakan dengan terminal Amplas di Medan. Jangan bandingkan dengan terminal bungur di surabaya. bandara Tabing jauh lebih kecil. bandara internasional ini keliatan bagus sekali dari udara. Letaknya persis di pantai. pas mendarat pelan-pelan.. serasa menuju changi. tapi kalau kita bandingkan 'rute pendaratannya', menuju bandara ini persis menuju KLIA. kuala lumpur international airport. sama persis. kalau anda tidak percaya, coba aja besok. anda terbang ke Padang jam 1 siang. setelah itu, supaya ingatan tidak hangus, cepat cepat berangkat lagi ke kuala lumpur. saya jamin rute pendaratannya sama persis. taruhan kita ? eh.. janganlah... ga bole taruhan. ga baek. apalagi kalo kalah terus terusan.

Terakhir kali ke kota ini adalah tahun 2003. sudah lama sekali. Aku harus melakukan perjalanan ke sini atas kebaikan hati pak bos. Ngasih tugas tambahan sambil cuci mata. walaupun sampai acara habis, mata ga sempat dicuci. dipercik pun tidak. cemana mau cuci mata. waktu cuman dua hari ga bole lebih. acara selalu berakhir malam hari. masuk ke kamar hotel saja sudah jam 9 malam. jam segitu di padang mau liat apa ? mau liat truk pengumpul sampah ? Sebelum tanggal keberangkatan, di kepala sudah tersusun rencana 'hunting', rapi dan terinci. Tersebutlah di dalam nya ; GKM (gule kambing bang Muslim), gule Pauh di Piaman, gule ikan di Bungus, sate mak Sukur, makan malam di rumah makan Kartini di pasar raya, dan paginya, sarapan di jalan pondok. Ada tekad membara : 'perjalanan sekali ini harus sukses'. Ternyata, engga semua rencana bisa kita kendalikan realisasinya, hasilnya ? niat cuman jadi sekedar niat. Kecuali realisasi : sarapan pagi di jalan pondok, semua rencana indah hancur berantakan. ya gara gara jadwal padat tadilah. karena tak jadi, saya cuman berusaha keras membayangkan didihan minyak sisa pembakaran sate di mak Sukur, atau cidukan kuah gule kambing dengan warna yang menggiurkan di ringroad. Udah, bisanya cuman segitu.

Selepas gerbang bandara internasional ini, aku kehilangan suasana 'kota yang dulu'. kota tercinta ini terasa dipaksakan modern. dari meninggalkan kota area pariaman, daerah tabing, sampai memasuki gerbang inti kota. semua keindahan padang masa lalu lenyap entah kemana. Simpang menuju jalan pondok di depan kantor polisi militer, dipaksakan sekali dibangun hotel. bagaimana mungkin di area sempit dan menakjubkan ini dijejali bangunan hotel. tempat parkirnya saja pun engga ada. engga terbayang ruwetnya kondisi jalan melewati hotel ini menuju ke arah pantai padang. sepanjang jalan hayam wuruk ada perubahan besar. seluruh bangunan yang kalau kita menuju muara dari arah jalan pondok, bangunan lama diganti ruko. untung saja tampilan ruko ini manis. tidak seperti di medan : mirip kandang merpati yang ukurannya terlalu besar. malam pertama aku nginap dengan terpaksa di hotel rocky. di jalan parmindo. sama saja. hotel ini terlalu berada di pinggir jalan. mending aja dia tutup badan jalan supaya marwah pusat bisnis kota pada masa lalu mereka lenyapkan sekalian. sampai sekarang susah percaya kenapa pemerintah kota Padang kasih ijin bangun hotel di area sempit seperti ini. kenapa mereka tidak ambil di seputaran dari alang lawas sana. apa itu namanya ya. aku lupa. yang jelas jalan panjang yg dulu biasa dijadikan pusat jajan duren. biasanya kita makan pake ketan. oi mak rasonyo, mintuo pun indak tacaliak (mertua tak tertengok awak). ya tak tertengok lah, kita di padang, mertua di batusangkar. ngapain mertua jalan kaki malam-malam di padang tapi ga ngasih tau menantu ? ada ada aja mertua itu ya. di jalan sudirman lebih aneh lagi. masak operator besar negeri ini memaksakan diri beroperasi di gedung kecil. ukuran gedung ini sungguh mengecilkan ukuran perusahaan mereka. kenapa engga mereka bangun saja di daerah rasuna said sana. bangunlah lebih mentereng. bantu keindahan kota ini. kenapa semuanya berebut di tengah kota ya. apa mereka takut buka kantor agak ke pinggir pinggir ? kehilangan terbesar saya atas kota ini adalah : sejarah sebagai 'juara bersih sedunia'. kota ini kehilangan kebersihannya. susah menceritakan tapi yang saya rasakan itu. kota ini tidak istimewa lagi. sayang sekali ya.

Dulu, kalau saya mau pulang ke medan. biasanya selalu bawa buah tangan makanan ciri khas kota. Sanjai. tahun 1989 dulu, tukang sanjai jualannya cuman sanjai itu saja. okelah, ada beberapa fitur dagangan lain tapi biasanya engga jauh dari bahan ubi. dan biasanya saya beli di rohana kudus atau di jalan pondok. sekali ini. saya harus ikut rencana tuan rumah. mereka bawa ke daerah muara, tepatnya di jalan Nipah. daerah yang saya sebut ini berada di muara, tempat pertemuan sungai dan pantai padang. dulu, pantai ini menjadi tempat paling favorit buat saya. saya masih bisa membayangkan;duduk di meja yg disediakan di bibir pantai, pesan udang goreng yang ditusuk seperti sate, plus kepiting muda digoreng kering, plus minuman bersoda. oala, ga ada kenikmatan yang bisa didapatkan di kota lain. duduk santai, mengunyah makanan sambil mata dihajar habis habisan dengan pemandangan kaki langit di bibir lautan hindia ! tunggu saja sampai sore, matahari terbenam. dengan pandangan dramatis : perahu layar yang sobek sedikit, melintas diantara biji mata anda dan sinar merah matahari yang mau ditelan laut. perahu ini datang entah dari mana, pulang ditelan mulut sungai di muara meninggalkan garis lekuk sebagai bayangannya. dulu, di tahun 1989 sampai 1994. biasanya pada jam bapak nelayan melintasi kaki langit tadi, saya bergerak pulang. nanti, setelah jam 7 malam, ada kegiatan yang merangsang : menunggu teriakan halus : kacang aboooouuuiiiih... talua asin, talua katoooonggg...' ondeh... kacang rebusnya padat, asinnya pas.. telur asinnya luar biasa. soal telur penyu. yang terakhir ini pernah saya coba makan. kulitnya dicubit, robek sedikit, angkat ke atas mulut yang ternganga, tumpahkan... biasanya orang langsung telan itu telur sampai tuntas. tiba di giliran saya, ritual pertama dan berikut sukses dilakukan. tetapi, begitu aroma telur menusuk hidung, telur yang sudah terlanjur nangkring di pangkal lidah, langsung keluar lagi dimuntahkan. ada dua makanan yang saya tidak bisa nikmati di kota ini : teh telur dan telur penyu !

Christine Hakim
Sekarang kita ada di bawah jembatan layang. yang memungkinkan kita bersama mobil menyeberangi muara menuju bukit siti nurbaya. di sini, seluruh dunia tau, ada toko yang mengkhususkan diri untuk menyediakan makanan khas sumatera barat. sambil menunggu pesanan dibereskan dalam kemasan yang keren, saya menyempatkan ngobrol sebentar dengan perempuan cantik yang sibuk kerja di balik mesin 'cash register'. mungkin usianya di atas saya sedikit. tapi saya kagum. tampilan ibu ini, persis seperti bintang sinetron indonesia yang kemampuannya pas pasan itu. (yang pas-pasan bintang sinetron nya lo. entar salah persepsi lagi). setelah bisik bisik sana sini, akhirnya ketauan. ternyata beliau adalah pemilik bisnis hebat ini. toko Christine Hakim (mereka kasih judul tokonya mirip nama pemilik) luar biasa besar. Jujur saja, saya ini suka tergila-gila dengan kisah nyata orang orang sukses. karna kegilaan itu, saya ngotot memaksa ibu hebat ini untuk ngobrol. baru berapa menit ngobrol, udah ada banyak orang ngantri untuk bayar. bu Christine lumayan repot, antara cepat layani pembayaran dengan layani 'wawancara' saya. kalau anda punya kesempatan baik, saran saya ngobrol lah dengan ibu ini. anda pasti dapatkan aura positif. yang pasti bagus untuk pikiran dan fisik kita. segala yang diomongkan betul-betul sejuta kesederhanaan. sama sekali tidak ada omongan besar tentang cerita sukses. padahal saya tau, sedikit perempuan mampu berada di titik sukses yang sedang ditempati beliau. selain dapat hadiah kebaikan hati untuk menghabiskan waktu hampir setengah jam ngobrol, kami dihadiahi tambahan suguhan makanan dagangan mereka. termasuk satu jenis makanan yang belum dilaunching pada waktu itu. waktu meninggalkan pintu toko mereka, saya sukses dibebani sekantong besar oleh-oleh dengan harga : gratis !
pusinglah mikirin darimana mereka menggali ide. mengumpulkan semangat kerja. menimbun kekokohan hati untuk tidak menyerah. yang jelas, di samping toko besar ini. mereka sudah buka lagi toko yang lebih kecil tapi dengan teknologi lebih modern. setelah melihat ini, saya senyum saja dalam hati : pantesan yang kaya tambah kaya.
Tidak berhenti di situ, mereka sudah janji pasti segera buka restoran. saya beruntung dapat undangan khusus waktu launchingnya. cuman ibu ini lupa bahwa dari medan ke padang tidak bisa pake sendal. mesti pake sepatu. sepatu itu dipake untuk naik ke pesawat terbang. lah, emang kita bisa masuk pesawat tanpa tiket. tiket pesawat kan mesti dibeli. lantas uangnya darimana ?

Kerja keras, Kejujuran, Berhemat (Christine Hakim way)
aku engga ngerti apakah ibu ini pernah ikut seminar motivasi. beli buku mahal untuk dibaca. rasanya sepanjang kami ngobrol tidak sepatah kata pun yang dikeluarkan yang menyinggung mengenai 'ajaran-ajaran' yang sekarang banyak sekali dijual di toko buku. engga cuman di toko buku. di televisi juga makin parah. masak iya kesuksesan bisa diperoleh hanya dengan kirim sms. ga usah berusaha aja. cukup kirim sms, apa bisa kaya ? buat para perempuan, lakukanlah hal sederhana. bicaralah pada perempuan lain yang anda saksikan sukses. engga perlu malu untuk tanya-tanya untuk belajar. sebelum mereka besar, mereka kecil dulu. sebelum uang dalam tabungan mereka sebanyak sekarang, mereka hampir tidak punya uang lebih dulu. sebelum mereka sekaya sekarang ini, mereka terlebih dulu agak miskin. sebelum mereka mengetahui banyak hal untuk menambah keberhasilan, mereka melihat-lihat orang lain yang mereka pikir sudah berhasil. perhatikan saja kalimat sederhana dari Christine Hakim tentang awal mula perjalanan mereka menuju keadaan sekarang; 'usaha ini saya bangun dengan : kerja keras;kejujuran; dan berhemat ! hhhh.. seandainya beliau benar-benar mendengarkan omongan saya untuk segera tenggelam di dunia internet. beliau pasti lihat ocehan ini, supaya saya tau kapan harus hadir kembali atas undangan Christine Hakim.