Kamis, 21 Januari 2010

+++ MEMASANG TIRAI LANGIT ...

... Ada seseorang. Keinginannya 'kek gini' : maunya jadi orang yang paling sempurna. Punya kesehatan sangat prima. Penghasilan yang dibawa ke rumah tak main-main besarnya. Keluarganya harmonis. Saking harmonisnya, segala pasangan di penjuru mata angin, menjadikan mereka contoh tauladan (kenapa harus ada 'au' nya ya). Ukuran rumah mereka besarnya minta ampun. Punya mobil lebih dari sebiji. Dan, ini dia. Suka sekali membantu orang lain. Selalu merasa harus membantu siapa saja. Dia tidak perduli yang dibantu itu orang senang atau orang susah. Yang ada dipikirannya cuman satu : harus bantu orang !

Saking hobbynya membantu, orang ini sampai harus menyusuri semua persimpangan jalan yang ada. Semua orang ditanyain satu-satu : 'maap ya, anda butuh bantuan saya ?'. Yang ditanya mendelik : 'saya lebih kaya dari anda lo, kok nekad bantu ?'. Jawabannya enteng : 'engga apa apa mas, badan rasanya pegal pegal nih kalo engga ngasih bantuan'.

Sudahlah harta berlimpah, kehidupan harmonis, punya anak-anak sangat jenius pulak di sekolah. Kalau wak Dolah dengar ini, wak itu pasti bilang : 'Ai mak, sodapnya hidup kek gini yo'. Awak pun balas kek gini : 'Sodapla wak. Acam dunia ini milik awak sajo kan wak. Uwak pun awak anggap lagi nompang sama kami'. Biar aja uwak itu merepet : 'Iiii yang sombongan kawan ni. Belum betul kaya saja pun sudah sok'.

Tapi itu kan maunya dia. Maunya orang lain kan beda.
Kadang kita sering lupa bahwa kalau mau mendapatkan sesuatu, entah apapun, kita masih tergantung sama orang lain. Untuk bisa punya harta yang sebanyak itu, kita mau lakukan apa. Apa dari buka usaha dagang ? apa dari perkembangan karier pekerjaan ? atau dari usaha mana.
Jawabannya kan ada di tangan kita masing-masing. Kita yang tau seberapa kuat dan sanggup melakukan hal apa saja dalam rangka membuat semua yang kita inginkan bisa terjadi.

Banyak orang yang berusaha keras melakukan segala hal dalam satu kesempatan ! Master saya dalam bidang bisnis bilang gini : 'jangan paksakan diri menyelesaikan banyak hal dalam satu malam !
Saking semangatnya melanggar kredo yang sudah ditetapkan master tadi, tak sadar empedu, ginjal, dan liver nya mulai kewalahan memompa udara segar di pembuluh darah. Otot jantung sudah mulai protes keletihan. Yang punya benda benda penting ini, seperti kesurupan karena habis menelan berkarung-karung pil motivasi dari buku-buku, televisi, dan kaset atau digital video disc. Barang-barang mahal itu, termasuk tiket masuk dalam gedung ceramah, mematikan rasa letih seluruh sendi badan.

Pertanyaan nya, apa yang kita buru sehingga kita lupa waktu untuk, misalkan, mencoba ulang seperti apa nikmatnya se cangkir ronde, dan alunan suara hancur dari pengamen, yang nemenin (tepatnya mengganggu) ketenangan kita di alun-alun selatan Keraton Jogja jam 2 pagi ?
Apa kita masih ingat rasanya teh tubruk di lesehan simpang lima Semarang ? atau martabak HAR di Palembang ? Pecal mba Supiah di Medan ? sebutkan saja tempat dan jenis makanan yang dulu, pernah kita jadikan sebagai tempat 'mengadu' keletihan jiwa ?

Jangan pulak nanti kejadiannya gini. Jam uda pukul hampir 2 siang. Kawan awak asik sibuk saja di depan komputer. Bola matanya sudah kelihatan mulai memerah. Saking lamanya depan komputer. Saya dengan baik-baik ingatkan : 'bang, jangan lupa makan siang dulu'. Jawabannya berwibawa : 'iya pak, sebentar lagi, masih banyak kerjaan !'. Langsung saya meledak : 'lo, dulu waktu melamar kerja, sampeyan bilang 'supaya bisa cari duit buat makan'. Sekarang, setelah diterima kerja, dan punya uang, malah engga mau makan. Lantas buat apa kerja ?'

Coba hitung dulu, berapa kali kita ikut rombongan untuk bezuk kawan yang lagi sakit. Coba bayangkan apa yang bisa dilakukannya selain cuman rebahan ? Iya kalau sakitnya cuman tuntutan badan untuk istirahat. Kalau sakitnya sampai ada vonis : tidak bisa makan soto, jangan minum ice tea, ga bole makan kari kambing, hindari makan ba...i panggang ! Duit sebanyak itu buat apa ? cuman buat rubuhin tembok samping rumah, bangun lagi yang baru. Besok siang hancurin pagar belakang ganti dengan model baru. Sementara perut cuman bole diisi 'keladi' ?!. Untung wak Dolah udah pergi. Kalau masih disini dia, sudah dibilangnya gini : 'hajab la si rajab. yang kasian la hidup kawan itu ya'.

Kepuasan itu tak ada batas nya. Percayalah. Hari ini kita bisa wujudkan keinginan hati punya becak mesin. Besok pagi sekali, pasti sudah semangat kali untuk mendapatkan yang lebih menantang : becak dayung !
Ginilah. Bikin aja daftar kecil, kerjakan saja yang enteng enteng. Yang berat cepat cepat hapus kalo kita anggap tak mampu atau beresiko nyawa. Jangan macam memasang tirai langit. Sampai mati kita, udah itu hidup lagi, mati lagi, hidup dua kali lagi, mati lagi sepuluh kali, tak kan bisa bahkan hanya untuk pasang kelambu kaki langit !

Jumat, 15 Januari 2010

*** THE DARK SIDE OF THE MOON...

...you, left me. Just when I needed you most...
tak ada jawaban yang bisa dipegang untuk pertanyaan paling sederhana
ada yang meninggalkan hati. Yang gelap semakin hitam
ditinggalkan tergeletak disisi lain on the dark side of the moon.
yang pergi mungkin membawa merahnya kesegaran nadi
atau bisa juga menyeret jantung yang terluka parah.
dua jiwa yang tergeletak seperti tak bernyawa, terjadi hanya karena keinginan yang menyeberang

pukulan ditaruhkan lebih dari seribu kali
pertama dan kesekian ada yang kuat menahan, tetapi tetap tidak memperdengarkan perlawanan.
pukulan berikutnya membuat ulu hati semakin luka
pintu dibuka lebar bukan oleh angin, yang tanpa alasan terang
daunnya terlempar lebar oleh kedegilan hati dan kerendahan nalar.
sering pikiran melayang entah kemana, tak mampu melihat kebaikan ada
ketulusan hati yang merawat hidup

yang pergi melantunkan stand me up,
entah dinyanyikan dengan getaran dada hangat, entah dengan bibir basah air mata
yang ditinggal meraung tanpa suara, tergeletak parah meraih dengan tangan lemah

All dead all dead,
All the dreams we had
And I wonder why I still live on

yang pergi, langkahkan saja kaki yang enteng
biarkan debu mengusapi wajah dan telapak tangan yang menengadah di belakang
waktu mu terlalu banyak terbuang di atas kepala tak berharga.

All dead all dead
Take me back again
You know my little friend's
All dead and gone

jangan dengar hibaan yang sering dijadikan senjata
itu lebih tajam dari tipuan kosong. langkahkan kaki jangan berhenti
waktu mu terlalu mahal untuk kepala yang tak mengerti harga
kepala yang membuang waktu seperti mengibas kotoran

Her ways are always with me
I wonder all the while
But please you must forgive me
I am old but still a child

please, biarkan yang mati tergeletak di situ
kehidupan tidak bisa ditaruhkan pada makhluk yang menyenangi mati

All dead all dead
But in hope I breathe
Of course I don't believe
You're dead and gone
All dead and gone

tangan melambai lemah kehilangan tenaga bahkan untuk diayun lemah
kaki mu biarlah membangun terus jarak. itu sudah sangat baik.
pilihan ku mati di sini
hidup indah milik mu
sudah begitu tinggi tumpukan sabar, kasihan dan peluh berdarah membasahi tangan
bersihkan saja untuk dibawa menyediakan hidangan untuk diri sendiri

I'm dead and you're gone....

tinggalkan saja
binatang pengerat, serangga malam akan menyeret yang ditinggal di dalam tempat sampah

Sabtu, 09 Januari 2010

...TOMMY ABRAHAM...

...jam sepuluh pagi lewat beberapa menit. Barusan turun dari mesin stepper. Sabtu pagi macam gini, biasanya AC yang dinyalakan cuman beberapa unit. Jadi tempat gym ini panasnya bagus untuk mempercepat pembakaran lemak. Stepper selesai 15 menit dari rencana 25 menit. Kurangnya oksigen bikin kepala seperti mati rasa. Daripada cari masalah, kegiatan ini cepat-cepat ku selesaikan. Setengah dari isi botol air minum sudah ku habiskan. Selanjutnya dan yang terakhir adalah chest training. Entah sudah sesuai dengan aturan sebenarnya atau tidak, 15 kali 7 tarikan bisa juga selesai. Dada rasanya sesak. Mungkin karena capek dan pengap udara.
Harusnya memang orang yang awam body building seperti saya ini, dipandu trainer yang punya pengalaman. Tapi apa mau dikata. Hampir semua trainer sibuk duduk manis di kursi lobby gym. Tadinya dalam hati ada perasaan heran memperhatikan setiap hari, hampir semua trainer menghabiskan waktu di kursi lobby, atau di sekitar meja receptionist bagian dalam. Beberapa dari mereka sibuk sekali menemani member ngobrol. Well, mungkin ini bagian dari keramahan tempat gym super mahal ini (?).

Anyway. Di locker tempat kami biasa ganti pakean dan bersih-bersih, sambil lepas kaos gym, tanpa alas kaki, saya duduk selonjor di kursi golf. Di dekat saya ada teman. Sudah sering saling sapa dengan mata, tapi sekali ini kami ngobrol berhadap-hadapan. Beberapa waktu yang lewat, badan kawan baru ini minta ampun 'besar' nya. Saking besarnya, kelihatan dari gerak badannya agak susah berjalan. Tapi sekarang, langsingnya sudah agak sedap dipandang. Tommy Abraham.
Kehebatannya adalah bisa menurunkan berat badan sebanyak 48 kilogram selama hanya enam bulan. Semua dilakukan tanpa bimbingan trainer (cemana mau dibimbing. semuanya sibuk dengan gadget dan teman ngobrol masing-masing).
Tommy bilang : 'aku latihan olah badan tak pake pemandu. Semua ku kerjakan dengan metode dan cara ku sendiri. Karena ku rasa, metode dan cara ku yang paling cocok untuk aku'.

Sebenarnya sekali ini tak ada maksud hati untuk membahas bagaimana menurunkan berat badan seluarbiasa itu. Sama sekali pulak tak ada maksud untuk memperkenalkan kawan baru ini. Yang menarik dari obrolan kami yang kalau tidak salah berjalan selama hampir 20 menit, kawan ini bicara sedap didengar. Walau perut jauh melampaui buncitnya perut saya, wajahnya macam ada api-api nya pas bicara. Mendengar dia menceritakan sebagian besar sejarah hidupnya (yang sudah tentu happy ending), semacam mendengar ahli manajemen mengurai teknik-teknik yang kita belum pernah dengar. Sekali ini, aku berani bilang, kawan ini jauh lebih enak didengar bicaranya dibanding Mario Teguh sekali pun ! Mario bicara bikin tenggorokan saya kering. Rasanya cape menahan telinga mendengar intonasi dan nada suara nya yang sangat diatur. Mula-mulanya 'sih', saya termasuk orang yang terpesona dengan beliau ini. Tapi belakangan hari, kelihatannya agak susah menemukan apa yang istimewa dari suara dan isi pembicaraan nya. Sudah jadi macam 'pengarang', bukan pencerita kisah yang masih tersembunyi.

Tommy bicara panjang lebar dengan enteng. Kawan ini tak sadar, saya terheran-heran dengan tenaga yang dikeluarkan dalam nada bicaranya. Dalam obrolan kami, saya sempat menyarankan agar dia ikut kelas tertentu supaya penurunan berat nya bisa lebih cepat. Tommy bilang apa ? Dia bilang : 'ku rasa aku engga perlu memaksakan diri untuk menurunkan berat badan bang. Yang penting, aku tau ada kemajuan setiap hari. Tidak masalah aku melakukannya lebih lama dari yang seharusnya bisa ku dapat. Asal progress ku bagus, aku sudah puas'. Well, orang ini sabar sekali. Beda dengan saya yang pernah harus opname dua kali dalam satu bulan karena memaksakan diri menelan 'fat burner' untuk ngecilin perut. Perbedaan yang lain, dia hadir di sana setiap hari dua kali. Sementara saya, hadir bisa setiap hari, bisa juga setiap bulan. Dia sangat disiplin, saya kehilangan disiplin.

Jangan memaksakan diri.
Tommy tidak tergoda dengan saran saya untuk mencari cara lain yang menghasilkan jauh lebih besar dan cepat. Dia tetap pegang kata-kata nya '...aku engga perlu memaksakan diri...'.
Sering kali kita tidak sadar bahwa kita suka melakukan banyak hal dengan cara yang sebenarnya tidak sesuai dengan kebisaan atau kemampuan. Saya sering terjebak dengan kata : 'maksimalkan'. Saking terpengaruhnya dengan para jagoan motivasi, tiba tiba kita sudah merasakan keletihan yang luar biasa. Rasa capek bisa cepat-cepat datang, padahal kita baru saja mulai mengerjakan entah apa. Ada juga kejadian, tiba-tiba kita ketakutan melihat surat-surat tagihan dari banyak bank. Bisa juga tiba-tiba kita menemukan anak-anak jadi malas bicara. Setiap ketemu, mereka berusaha mengalihkan mata atau purak-purak mengerjakan sesuatu asal kita tidak mengajak mereka bicara.

Kita tiba-tiba letih, karena terus terusan berusaha menyelesaikan semua pekerjaan dengan kategori sempurna. Padahal kita tau, batas yang sudah disepakati hanya dalam kisaran nilai tertentu. Tapi karena ambisi yang meluap-luap, memaksakan diri untuk melompati nilai tadi jauh lebih tinggi dari yang diharapkan. Begitu itu kita dapatkan, harapan untuk menerima pujian dari bos, keluarga, teman, atau rekan bisnis, malah tidak ada. Kita malah bingung karena semua mereka membelalakkan mata tanda heran. Mereka malah bilang : 'emang sampeyan tidak punya keluarga ? kok senang sekali tidur di kantor ?'
Atau kejadian yang lain. Saking bergairahnya untuk cepat-cepat punya televisi berlayar LED, kita udah tutup mata pada buku tabungan. Seluruh kartu kredit digesekin ke semua mesin. Hati memang senang sebentar karena rumah, ruang kerja, atau kendaraan kita bisa dilihat jauh lebih hebat. Isinya luar biasa mewah. Giliran bulan besok kedatangan surat-surat tagihan, kok malah cepat-cepat curiga : 'buset, gua dikerjain kartu kredit nih. Tagihan ini engga benar sama sekali !

Atau ada lagi kejadian yang lainnya. Kita engga perduli apakah anak kita ikut les tambahan, atau punya masalah kesehatan, atau tidak punya kelengkapan belajar yang cukup, kata-kata yang keluar dari kita enteng : 'cemananya, masak terus terusan ranking segitu. Besok rapornya ambil sendiri ya'. Banyak dari kita yang tidak senang melihat hasil raport yang tidak juara pertama. Emangnya duit yang sudah kita keluarkan betul-betul pas dengan kebutuhan mereka. Emangnya di rumah, mereka bisa punya tempat belajar yang sesuai. Yang lebih parah lagi, emangnya dulu nya kita pernah ranking 20 ? jangan-jangan, dapat urutan 25 saja pun, kita sudah undang kawan-kawan untuk syukuran. Lah kita nya saja punya otak oon, kok berani-beraninya menuntut keturunan engga oon.

Memaksakan diri itu sangat tidak mengenakkan untuk diri kita, apalagi untuk orang lain. Tak ada gunanya juga kita dapat semua hasil dengan cara cepat, tapi karena sudah terlanjur capek dan sakit, kita malah tidak bisa menikmati hasil yang kita dapat. Biarlah macam kata Tommy, pelan-pelan, yang penting kita puas bisa lihat progress nya setiap hari.